Sabtu, 01 Oktober 2011

Kesehatan mental dan Ilmu Psikologi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

Semua orang yang ada di dunia ini pasti ingin untuk hidup sehat, karena kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya, banyak cara yang di tempuh oleh semua orang untuk memperoleh kesehatan. Seseorang dikatakan sehat tidak hanya dilihat dari segi fisiknya saja, tetapi juga harus ditinjau dari segi kesehatan mentalnya. Seperi kata pepatah “mensana in corporesano” yang artinya di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Mental merupakan salah satu unsur pembentuk jiwa. Kesehatan mental sangat penting untuk selalu kita jaga, karena fisik yang kuat tak akan berarti tanpa mental jiwa yang sehat.
Tidak seorangpun yang tidak ingin menikmati ketenangan hidup, dan semua orang akan berusaha mencarinya, meskipun tidak semuanya dapat mencapai yang diinginkannya itu. Bermacam sebab dan rintangan yang mungkin terjadi sehingga banyak orang yang mengalami kegelisahan, kecemasan dan ketidak puasan.
Keadaan yang tidak menyenangkan itu tidak terbatas kepada golongan tertentu saja, tetapi tergantung pada cara orang menghadapi sesuatu persoalan. Misalnya ada orang miskin yang gelisah karena banyak keinginannya yang tidak tercapai, bahkan orang kaya  yang juga gelisah, cemas dan merasa tidak tentram dalam hidupnya yang diakibatkan faktor lain seperti kebosanan atau ingin menambah hartanya lebih banyak lagi.
Setiap orang, baik yang berpangkat tinggi atau tidak berpangkat bahkan seorang pesuruh, menemui kesukaran dalam berbagai bentuk. Hanya satu hal yang sama-sama dirasakan yaitu ketidaktenangan jiwa. Sesungguhnya ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. Akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
Jadi yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Kesehatan mental itulah yang menentukan tanggapan seseorang terhadap suatu persoalan, dan kemampuannya menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang  yang menentukan apakah orang akan menpunyai kegairahan untuk hidup, atau akan pasif atau tidak bersemangat.
Keadaan berprilaku yang baik atau sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup beraktifitas dan berproduktif secara sosial dan ekonomis dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Seseorang harus peduli pada keadaan dirinya mulai dari pengetahuan kesehatannya.
Seseorang harus mengetahui bagaimana memelihara kesehatannya, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait kesehatan, dan apa saja yang memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan. Setiap orang juga diharapkan dapat memelihara kesehatan dan faktor-faktor lain yang terkait dalam kesehatan.
Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental.
Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.
Seperti juga psikologi yang mempelajari hidup kejiwaan manusia, dan memiliki usia sejak adanya manusia di dunia, maka masalah kesehatan jiwa itupun telah ada sejak beribu-ribu tahun yang lalu dalam bentuk pengetahuan yang sederhana.












BAB II PEMBAHASAN
KESEHATAN MENTAL DAN PSIKOLOGI
A.    Devinisi Kesehatan Mental
Istilah Kesehatan Mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti Kejiwaan. Kata mental memilki persamaan makna dengan kata Psyhe yang berasal dari bahasa latin yang berarti Psikis atau Jiwa, jadi dapat diambil kesimpulan bahwa mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Dalam buku lain dikatakan bahwa kesehatan mental adalah suatu jiwa yang terdapat pada seseorang yang dapat bertumbuh dan berkembang secara normal semaximal mungkin serta bebas dari kelainan-kelainan, gangguan-gangguan, penyakit kejiwaan serta dampak negatif terhadap system kejiwaragaan (mind body problem atau psychomatic system).[1]
Dari berbagai macam pendapat tentang definisi kesehatan mental dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasecara umum kesehatan mental adalah suatu kondisi dimana individu dapat menggunakan denganmaksimal kemampuannya, mampu untuk mengatasi stress dan mengurangi timbulnya gangguanpenyakit mental, gangguan emosional dan mampu merasakan secara positif kebahagian.
Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya. (Noto Soedirdjo, 1980) menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang memilki kesehatan mental adalah Memilki kemampuan diri untuk bertahan dari tekanan-tekanan yang datang dari lingkungannya.
Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.Solusi terbaik untuk dapat mengatasi masalah-masalah kesehatan mental adalah dengan mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari, kesehatan mental seseorang dapat ditandai dengan kemampuan orang tersebut dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, mampu mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sendiri semaksimal mungkin untuk menggapai ridho Allah SWT, serta dengan mengembangkan seluruh aspek kecerdasan, baik kesehatan spiritual, emosi maupun kecerdasan intelektual.
Mental hygiene merujuk pada pengembangan dan aplikasi seperangkat prinsip-prinsip praktis yang diarahkan kepada pencapaian dan pemeliharaan unsur psikologis dan Pencegahan dari kemungkinan timbulanya kerusakan mental. Kesehatan mental terkait dengan; bagaimana kita memikirkan, merasakan menjalani kehidupan sehari-hari; bagaimana kita memandang diri sendiri dan sendiri dan orang lain; dan bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan. Seperti halnya kesehatan fisik, kesehatan mental sangat penting bagi setiap fase kehidupan. kesehatan mental meliputi upaya-upaya mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, dan mengambil keputusan.[2]

B.     Devinisi Psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa berasal dari bahasa Inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu:  Psyche yang berarti jiwa;  Logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa.[3]
R.S. Woodworth memberi batasan tentang psikologi sebagai berikut: “Psychology can be defined as the science of the activities of individual”,[4] yang berarti bahwa psikologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari segala tindakan-tindakan manusia atau perorangan.
Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) pengenalan atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3) kemauan atau konasi, 4) gejala campuran.
Namun hendaknya jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwani itu pada waktu yang sama juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua kegiatan jasmaniah kita, otak dan perasaan selalu ikut berperan ; juga alat indera dan otot-otot ikut mengambil bagian didalamnya. Penyelidikan terhadap organ-organ manusia digolongkan dalam ilmu fisiologi. Yaitu meneliti peranan setiap organ dalam fungsi-fungsi kehidupan seperti meneliti segala sesuatu tentang mata, ketika subyek bisa melihat dan juga meneliti pengaruh kerja otak untuk mengkoordinir semua perbuatan individu guna menyesuaikan dengan lingkungnnya.

C.    Hubungan Kesehatan Mental dengan Ilmu Psikologi
Pada ilmu sosiologi, keterkaitan ilmu kesehatan mental adalah untuk melihat kemampuan menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup karena dengan mengetahui tentang ilmu kesehatan mental dapat memberikan kebahagian dan ketenteraman dalam kehidupan sosial sesuai dengan kemampuan penyesuaian diri.
Kesehatan mental menyumbangkan ilmu pengetahuan tentang tanda-tanda mental sehat, faktor yang mempengaruhinya, serta gangguan-gangguannya. Ilmu ini dibutuhkan oleh hampir semua ilmu-ilmu lainnya. Namun pada kesempatan ini, pemakalah hanya ingin menjelaskan tentang hubungan antara kesehatan mental dengan ilmu psikologi.
Hubungan antara ilmu kesehatan mental dengan ilmu psikologi sangat erat kaitannya, menmgingat bahwa pembahasan ilmu psikologi itu berkaitan dengan aspek-aspek jiwa yang ada pada manusia. Sedangkan kesehatan mental menyumbangkan tentang aspek jiwa yang sehat.[5] Salah satu contoh kasus ilmu psikologi yang berkaitan dengan ilmu kesehatan mental adalah menurut Martin Lucas dan Klim Wilson yang melakukan penelitian tentang gejala stres atau gangguan kesehatan mental menyatakan bahwa rata-rata setiap orang mengalami gejala stres yang bersifat mental mencapai 15% dan 85% sisanya merupakan stres fisik.[6]
Adapun gejala mental tersebut, dengan tanda-tanda sebagai berikut:
a.       Merasa marah sepanjang waktu
b.      Merasa kehilangan minat pada seks
c.       Tidak dapat mengambil keputusan dan sering merasa tidak mampu menghadapi masalah
d.      Merasa menjadi orang gagal
e.       Merasa tidak diperhatikan
f.       Tidak menyukai orang lain dan diri sendiri
g.      Sering merasa khawatir bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi
h.      Merasa tidak dapat berkonsentrasi dan sering mengalami kesulitan untuk menyelesaikan sebuah tugas sebelum melanjutkan dengan tugas berikut
i.        Tidak dapat menceritakan kepada orang lain apa yang dirasakan
j.        Kehilangan rasa humor dan tidak menaruh minat terhadap apapun.
k.      Cenderung sangat mudah menyalahkan orang lain.[7]
Inilah salah satu bukti bahwa antara ilmu kesehatan mental dan ilmu psikologi sangat erat kaitannya mengingat bahwa keduanya sama-sama membahas wilayah yang bersamaan mengenai jiwa dan prilaku manusia.

D.    Sejarah Gerakan Kesehatan Mental
Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasisi oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitrif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebuit.
Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal duinia tanggal 17 July 1887. dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40tahun dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Perkembangan gerakan-gerakan dibidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental, dipengaruhi juga oleh pengalamannya sebagai pasien dibeberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama dirumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kuarang manusia). Kondisi seperti ini terjadi, karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Selanjutnya dia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan:
  1. Mereformasi program perawatan dan pemngobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa. 
  2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa 
  3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental. 
  4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan berdirinya ”National Association For Mental Health” yang bekerjasama dengan tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan ”Psychiatric Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkambang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World Federation For Mental Health” dan “The World Health Organization”.[8]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari makalah yang kami sajikan ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa:
a.       Devinisi kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial).
b.      Mental yang sehat tidak akan mudah terganggu oleh Stressor (Penyebab terjadinya stres) orang yang memiliki mental sehat berarti mampu menahan diri dari tekanan-tekanan yang datang dari dirinya sendiri dan lingkungannya.
c.       Sesungguhnya ketenangan hidup, ketentraman jiwa atau kebahagiaan batin, tidak tergantung kepada faktor-faktor luar seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, adat kebiasaan dsb. Akan tetapi lebih tergantung dari cara dan sikap menghadapi faktor-faktor tersebut.
d.      Orang yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban.









[1] Rusmin Tumanggor, Drs, Mental Hygiene (Ksehatan Mental), (Banda Aceh: Departemen Agama RI, 1990), hlm 4
[2] http://www.psychologymania.com/2011/03/pengertian-dan-karakteristik-kesehatan.html
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 7.
[4] bdul Mujib dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Edisi.I ( Cet II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 58.
[5] Rusmin Tumanggor, Drs, Mental Hygiene ……….. hlm. 20
[6] Akyas Azhari, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), Cet Ke 1, hlm. 151
[7] Akyas Azhari, Psikologi Umum ……….. hlm 153
[8] http://www.psychologymania.com/2011/09/sejarah-gerakan-kesehatan-mental.html

1 komentar:

  1. Mirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.

    BalasHapus