Rabu, 26 Oktober 2011

Asas dan Dasar Filosofis Filsafat Ilmu


PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Filsaftat  ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek material merupakan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu ilmu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sedangkan, objek formal merupakan hakikat atau esensi ilmu pengetahuan; problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti apa hakikat itu sesungguhnya.
Suatu peristiwa atau kejadian pada dasarnya tidak pernah lepas dari peristiwa lain yang mendahuluinya. Demikian juga dengan timbul dan berkembangnya filsafat dan ilmu. Menurut Rinjin (1997 : 9-10), filsafat dan ilmu timbul dan berkembang karena akal budi, thauma, dan aporia. Manusia merupakan makhluk yang memiliki rasa kagum pada apa yang diciptakan oleh Sang Pencipta, misalnya saja kekaguman pada matahari, bumi, dirinya sendiri dan seterusnya. Kekaguman tersebut kemudian mendorong manusia untuk berusaha mengetahui alam semesta itu sebenarnya apa, bagaimana asal usulnya (masalah kosmologis). Ia juga berusaha mengetahui dirinya sendiri, mengenai eksistensi, hakikat, dan tujuan hidupnya.
Ada tiga hal yang menjadi landasan dan karakteristik filsafat ilmu. Karakteristik filsafat ilmu antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Filsafat ilmu merupakan cabang dari filsafat.
b.      Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari sudut pandang ontologis, epistemologis, dan aksiologis.






PEMBAHASAN
A.    Asas-asas Filsafat Ilmu

Yang dicari oleh filsafat adalah kebenaran. Demikian juga ilmu pengetahuan dan agama. Kebenaran dalam filsafat dan ilmu pengetahuan adalah kebenaran akal, sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran wahyu. Meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan akal, hasil yang diperoleh juga bermacam-macam. Yang terpenting adalah bagaimana agar aliran yang bermacam-macam dalam filsafat dan ilmu pengetahuan itu tidak saling bertabrakan satu sama lain, tetapi dapat saling membantu dan bekerja sama.[1]
Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan dalam hal bahwa keduanya merupakan hasil ciptaan kegiatan fikiran manusia, yaitu berfikir filosofis, spekulatif, dan empiris ilmiah. Karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.[2] Pernyataan tersebut menjadi asaz sekaligus perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan diantaranya:
a.       Mengenai lapangan pembahasan. Lapangan ilmu pengetahuan mempunyai daerah-daerah tertentu, yaitu alam dengan segala kejadiannya. Sedangkan lapangan pembahasan filsafat adalah tentang hakikat yang umum dan luas.
b.      Mengenai tujuannya. Tujuan ilmu pengetahuan adalah berusaha menentuka sifat-sifat dari kejadian alam yang didalamnya juga terdapat manusia. Sedangkan filsafat bertujuan untuk mengetahui tentang asal-usul manusia, hubungan manusia dan alam semesta dan bagaimana akhirnya ( hari kemudian)
c.       Mengenai cara pembahasannya. Filsafat dalam pembahasannya tidak mempergunakan percobaan-percobaan serta penyelidikan panca indera, tetapi pembahasan penyelidikannya menggunakan pikiran dan akal. Sedangkan ilmu pengetahuan dalam pembahasan dan penyelidikannya menggunakan panca indera dan percobaan-percobaan.
d.      MKengenai kesimpulan. Ilmu pengetahuan dalam menentukan kesimpulan-kesimpulannya dapat diterapkan dengan dalil-dalil yakin yang didasarkan pada penglihatan dan percobaan-percobaan. Sebaliknya filsafat dalam memberi kesimpulan tidak memberikan keyakinan mutlak, sebagai kesimpulan selalu mengandung keraguan yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan pendapat diantara ahli-ahli filsafat, serta jauh dari kepastian, kerja sama dan keyakinan.[3]
Pada dasarnya Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan), yang secara spesifik mengkaji tentang hakikat-hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sedangkan ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Secara metodologis, ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam (natural sciences) dengan ilmu-ilmu sosial (social sciences). Namun karena permasalahan-permasalahan tekhnis yang bersifat khas, maka Filsafat Ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.
Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praksis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan ole manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”.

B.     Landasan (Dasar) Filosofis Filsafat Ilmu
Berfikir merupakan suatu kegiatan untuk menentukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama maka oleh sebab itu kegiatan proses berfikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai criteria kebenaran, dan criteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran dimana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai criteria kebenaran masing-masing.[4] Filsafat ilmu dibagi dalam tiga bagian besar, yaitu :
1.      Aksiologi
Adalah bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai. Secara aksiologis ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan manusia dengan jalan meningkatkan taraf hidupnya dan dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan keseimbangan / kelestarian alam. Upaya ilmiah ini dilakukan dengan penggunaan dan pemanfaatan pengetahuan ilmiah secara komunal universal.
2.      Epistimologi
Adalah bidang filsafat yang mempelajari bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu “ada” tersebut.
3.      Ontologi
Adalah bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara fisik (fenomena)atau sesuatu yang berada dibalik realitas. Secara ontologis dalam pemilihan wujud yang akan dijadikan objek penelaahannya (objek ontologis / objek formal) ilmu dibimbing oleh kaidah moral yang berazaskan tidak mengubah kodrat manusia, tidak merendahkan martabat manusia, dan tidak mencampuri masalah kehidupan.

C.     Manfaat Mempelajari Filsafat Ilmu
Diantara manfaat –manfaat yang diperoleh dalam mempelajari Filsafat Ilmu adalah:
1.      Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap berbagai macam teori. yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya.
2.      Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi parama hasiswa sebagai calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
3.      Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari filsafat ilmu diterapkan.





















KESIMPULAN
            Dari penjelasan makalah diatas, dapat kami simpulkan bahwa:
a.       Ada beberapa aliran filsafat, masing-masing dengan dasar pemikiran tersendiri., diantaranya: Aliran Perenialisme, Aliran Idealisme, Filsafat Realisme, Aliran Pragmatisme, dan Aliran Eksistensialisme.
b.      Aksiologi adalah bidang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai. Epistimologi adalah bidang filsafat yang mempelajari bagaimana cara manusia mengetahui sesuatu “ada” tersebut. Ontologi adalah bidang filsafat yang mempelajari segala sesuatu, baik yang tampak secara fisik (fenomena)atau sesuatu yang berada dibalik realitas.















Daftar Referensi
Jujun S, Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan), 1998.
Soetrisno, dkk, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta; CV. Andi Offset, 2007)

Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), Cet ke-I




[1] Soetrisno, dkk, Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian, (Yogyakarta; CV. Andi Offset, 2007),  hlm. 23
[2] Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), Cet ke-I, hlm. 127
[3] Susanto, A. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis….., hlm 128
[4] Jujun S, Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan), 1998. H. 43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar