Sabtu, 30 April 2011

Organisasi dan Kepemimpinan dalam Administrasi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang Masalah

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”;  “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
        Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”.[1]
        Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
Pada dasarnya, fungsi pengorganisasi berkenaan dengan upaya mengembangkan mata rantai hubungan-hubungan kerja (formal) dan pembagian di dalam organisasi atau lembaga. Untuk mencapai maksud ini pengorganisasian melibatkan usaha identifikasi tugas-tugas tersebut yang akan dilaksanakan, mengelompokkan tugas-tugas sehingga merupakan satuan-satuan, dan menetapkan wewenang yang diperlukan.
Secara umum dapat dikatakan, melalui pengorganisasian dicoba mempertemukan pekerja tertentu dengan pekerjaan dan fasilitas kerja yang spesifik. Di lingkungan sekolah, umpamanya, setiap guru mendapat tugas yang jelas serta wewenang yang sepadan. Dia harus mengetahui fasilitas belajar-mengajar yang perlu dan dapat digunakannya. Dalam pencapaian tujuan organisasi, manajemen merupakan sarana yang paling utama, sebab manajemen pada hakikatnya adalah serangkai kegiatan yang dilaksanakan para manajer/pemimpin untuk mengerahkan, menggerakkan, dan mengarahkan segala sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien dan efektif.
Anonim (2000: 1) mengemukakan bahwa tanpa organisasi tak ada manajemen dan sebaliknya tanpa manajemen tak ada organisiasi. Manajemen merupakan organ spesifik dari organisasi modern. Manajemen adalah organisasi kerja tempat bergantung prestasi dan keberhasilan serta kelangsungan hidup organisasi. Organisasi berkembang sejalan dengan perubahan ilmu dan teknologi yang semakin canggih disertai tantangan-tantangan baru yang harus dihadapi.
Menurut Wahjosumidjo (1994:32) bahwa ada tiga gejala penting yang dimiliki oleh setiap organisasi yaitu :
(1)  setiap organisasi harus mempunyai tujuan,
(2)  untuk mencapai tujuan tersebut harus ada program,
(3) setiap organisasi harus memiliki pemimpin atau manajer yang bertanggung jawab  terhadap organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan ketiga unsur pokok yang menandai setiap kehidupan organisasi, membarikan kesimpulan betapa pentingnya peranan manajemen di dalam eksistensi suatu organisasi dan betapa besar peranan pemimpin atau manajer dalam mengembah tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.[2]









BAB II
ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN DALAM
ADMINISTRASI PENDIDIKAN

a.      Devinisi Organisasi
Istilah organisasi bukanlah hal yang asing lagi bagi kita, karena dari pertama kita menimba ilmu pada tingkat pertama, kita sudah dikenalkan dengan salah satu organisasi kesiswaan seperti OSIS. Dalam kehidupan bermasyarakat pun sering kita jumpai yang namanya organisasi, baik organisasi kepemudaan dan bahkan sampai organisasi kepemerintahan.
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat. Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip, dan sebagai bahan perbandingan akan disampaikan beberapa pendapat sebagai berikut :
a.       Chester I. Barnard (1938) dalam bukunya “The Executive Functions” mengemukakan bahwa : “ Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih” (I define organization as a system of cooperatives of two more persons)
b.       James D. Mooney mengatakan bahwa : “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose” (Organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama)
c.       Menurut Dimock, organisasi adalah : “Organization is the systematic bringing together of interdependent part to form a unified whole through which authority, coordination and control may be exercised to achive a given purpose” (organisasi adalah perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan).
Dari beberapa pengertian organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur dasar[3], yaitu :
a.       Orang-orang (sekumpulan orang),
b.      Kerjasama,
c.       Tujuan yang ingin dicapai,
Dengan demikian organisasi merupakan sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.

b.      Hubungan Organisasi dengan Administrasi Pendidikan
Organisasi pada dasarnya  adalah sekumpulan manusia yang mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Karena mempunyai minat dan kepentingan yang sama, akhirnya manusia membentuk sebuah kelompok.
Didalam Organisasi, manusia bekerja sama untuk mewujudkan kepentingan. Kepentingan yang ada merupakan sesuatu yang ingin di wujudkan. Karena itu kepentingan yang ada kemudian melahirkan tujuan. Kerja sama didalam kelompok yang terikat secara formal disebut organisasi sedangkan seluruh proses kerja sama disebut administrasi. Lebih jelas lagi Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antar manusia dengan didasari pertimbangan rasional dan moral, untuk mencapai tuijuan bersama. Karena itu kegiatan administrasi terjadi didalam organisasi.

Gambar : Hubungan antara organisasi dan administrasi,
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjE799-8O7Nc4UNXXfQrjZ-cTp05hm4TqvpgF-t0I-mm1Av-ohyphenhyphenWK6zKHU6BmtKty4YFB4fg0R_b3eaYqjJyxt6vGpbN5sVsQQXl5T-P3pBLtKfDKnOG8yZHbHtIQB7Og_6NKQqF3XRM1lm/s1600/administrasi.png










Gambar diatas menunjukkan bagaimana hubungan antara organisasi, dengan administrasi dalam suatu pendidikan.Organisasi sebagai kelompok orang yang mengikatkan diri secara formal adalah wadah yang menampung kelompok manusia. Didalam kelompok, manusia melakukan administrasi dalam bentuk kerja sama. Dan di dalam administrasi terjadi proses pengaturan. Proses pengaturan inilah disebut dengan manajemen. Manajemen yang ada didalam organisasi biasanya bertingkat dari yang terdepan sampai yanag tertinggi.
Jika disekolah adalah sebuah organisasi, maka didalam sekolah terjadi kegiatan kerja sama administrasi untuk mencapai tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan, kerja sama yang ada harus diatur sehingga semua sumber daya pendidikan bersifat harmonis, dan sinergis. Untuk itu dilakukan kegiatan pengaturan manajemen. Kepala sekolah sebagai manajer tertinggi bertugas menentukan strategi dalam mencapai tujuan pendidikan. Strategi yang ada diterjemahkan menjadi program kerja oleh semua wakil kepala sekolah sebagai manajer madya. Pelaksanaan program kerja dilakukan oleh guru dan segenap pegawai tata usaha dengan pengawasan guru senior yang ditunjuk sebagai pengawas pelaksanaan. Dengan demikian tercipta sebuah sistem organisasi yang terus bergerak mencapai tujuan. Demikianlah hubungan antara organisasi, administrasi, dan manajemen.

c.       Hakikat dan Devinisi Pemimpin
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.[4]
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Defenisi kepemimpinan yang telah diungkapkan oleh banyak ahli diantaranya : Ordway Tead (dalam Sutarto, 1986: 12) beranggapan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Selanjutnya Stogdill (dalam Sutarto, 1986: 13) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok oang yang terorganisir dalam usaha mereka menetapkan tujuan dan mencapai tujuan. Oleh karena itu kegiatan si pemimpin adalah mengarahkan tingkah laku orang lain ke suatu tujuan tertentu. Selanjutnya Keating (1986: 9) melihat kepemimpinan itu adalah proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk mencapai suatu tujuan bersama.
  Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

d.      Tipe-Tipe Kepemimpinan
 Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1.      Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.      Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.      TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.      Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5.      Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.      Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.[5]

e.       Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan
               Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1.      Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2.       Harapan dan perilaku atasan.
3.      Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4.      Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5.       Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6.       Harapan dan perilaku rekan.[6]
               Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
f.       Teori Kepemimpinan
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membuktikan kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efisiensi kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru. Oleh karena itu banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari masalah pemimpin dan kepemimpinan. Dan para sarjana telah memberikan berbagai defenisi mengenai pemimpin dan kepemimpinan, dengan menonjolkan satu atau beberapa aspek tertentu sesuai dengan ide pencetus definisi tersebut, beserta interpretasinya.
Banyak sekali studi ilmiah yang telah dilakukan oleh teoritikus mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan yang mempunyai penekanan pada sisi lain yang berbeda. Dan para penganutnya berkeyakinan bahwa teori itulah yang paling benar dan paling tepat.
Menurut Terry dikemukakan bahwa teori-teori kepemimpinan terdiri dari : (1) teori otokratis (2) teori psikologis (3) teori sosiologi (4) teori suportif (5) teori laissez faire (6) teori kelakuan pribadi (7) teori situasi dan (8) teori humanistik/ populistik.
Dari pendapat tersebut di atas maka dapat dijelaskan teori-teori kepemimpinan yang dimaksud dengan uraian sebagai berikut :
(1)   Teori Otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini berdasarkan atas perintah-perintah, paksaan dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya berorientasikan pada struktur organisasi dan tugas-tugas.
Pemimpin tersebut pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal dan berambisi untuk merajai situasi. Pemimpin yang masuk ke dalam teori ini selalu memberikan perintah-perintah yang dipaksakan dan harus dipatuhi, menentukan kebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan para anggota, dan tidak memberikan informasi secara detail mengenai rencana yang akan datang.
(2)   Teori Psikologis
Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi tterbaik, untuk merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi.
Teori ini lebih mengedepankan aspek-aspek psikologis manusia, seperti : pengakuan, martabat, status sosial, kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana hati dan lain-lain.
(3)   Teori Sosiologis
Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerjasama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan kepada mereka oleh pemimpin dan kelompoknya. Pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.
(4)   Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja dengan penuh gairah. Sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Untuk maksud ini, pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerjasama dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari benar keinginan sendiri untuk maju.
Ada pihak yang menanamkan teori suportif ini sebagai teori partisipatif, dan ada pula yang menanamkannya sebagai teori kepemimpinan demokratis.
(5)   Teori Laissez Faire
Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh yang sebenarnya tidak becus mengurus, dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Dan dia sebagai ketua yang bertindak sebagai simbol, dengan macam-macam hiasan atau ornamen yang mentereng. Biasanya dia tidak memiliki keterampilan teknis, sedangkan kedudukan sebagai pemimpin dimungkinkan oleh sistem nepotisme, atau lewat praktek penyuapan.
Pendeknya, pemimpin laissez faire itu pada intinya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Semua anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai dan bermotto “lebih baik tidak usah bekerja”. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh. Sehingga kelompok tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol.
(6)   Teori Kepemimpinan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak pernah melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana, dan mempunyai daya lenting yang tinggi, karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Sedang masalah sosial itu tidak akan pernah identik dalam waktu yang berbeda.
(7)   Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/ fleksibilitas pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Teori situasi ini lebih menitikberatkan pada dinamika interaksi antara pemimpin dengan bawahan melalui interaksi, untuk menjaring dan memenuhi harapan dan keinginan bawahan secara mendasar. Sebab bawahan itu adalah subyek yang memiliki keinginan, perasaan dan harapan yang harus diperhatikan oleh pemimpin.
(8)   Teori Humanistik/ Populistik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini adalah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan bawahan. Untuk melakukan hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan bawahan.
Fokus dari teori ini adalah bawahan dengan segenap harapan dan kebutuhan harus diperhatikan, dan pemerintah mau mendengar suara hati nurani rakyat, agar tercapai organisasi yang makmur, adil dan sejahtera bagi setiap warga negara dan individu.
















BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Dari pembahasan makalah yang kami sajikan diatas, dapat disimpulkan beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut:
1.      Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
2.      Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
3.      Pokok-pokok dari hal-hal yang berkaitan dengan keorganisasian adalah: Orang-orang (sekumpulan orang), kerjasama, tujuan yang ingin dicapai.
4.      Ada banyak teori yang diusung oleh Terry dalam kepemimpinan, terdiri dari : (1) teori otokratis (2) teori psikologis (3) teori sosiologi (4) teori suportif (5) teori laissez faire (6) teori kelakuan pribadi (7) teori situasi dan (8) teori humanistik/ populistik.















Daftra Referensi

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999)
SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996)








    
 



[1] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.
[2] http://www.masbied.com/2009/10/30/konsep-kepemimpinan/#more-217.
[3] SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2. Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003

[4] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996) h. 88.
[5] Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999). Hal. 261-262.
[6] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996). h. 102

Tidak ada komentar:

Posting Komentar