Kamis, 28 April 2011

Kerangka Berfikir Ilmu Sosial

BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang Masalah
Kerangka berfikir ilmiah atau epistemologi merupakan cabang filsafat ilmu yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan. Adanya pola-pola dasar atau desain atau kerangka yang dilakukan oleh aktivitas jiwa dalam menemukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek pengetahuan dan instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bertambahnya pengetahuan seiring dengan proses perkembangan pola pikir manusia diawali dengan rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang dan matahari yang dipandangnya, bahkan rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri.
Adanya kemampuan berfikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoloeh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang ingin dicari atau didapatkan tentunya bersumber pada kebenaran. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar disebut keliru. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami kekeliuran maka sudah pasti terdapat suatu kebenaran sesudahnya. Kekeliruan tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka meninggalkan suatu kekeliruan. Asumsi awal manusia mendapatkan pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data inderawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa instrumen dalam mendapatkan pengetahuan.
Di samping itu perasaan intuitif atau insting juga menambah kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan terhadap suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap ilmu pengetahuan tertentu. Ilmu Pengetahuan itu dapat ditinjau kembali kebenarannya, jika terdapat kekeliruan maka akan timbul ketidakpuasan sebagai akibat keterbatasan manusia khususnya dalam penggunaan instrumen atau pengolahan data-data indrawi dalam menerima pengetahuan tanpa dia ketahui kemudian melahirkan mitos. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari rasa ingin tahu terhadap suatu realitas yang kurang terpuasakan terutama mengenai hal-hal yang gaib. Namun seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang haus akan rasa ingin tahu melalui kajian-kajian ilmu pengetahuan maka pada akhirnya melahirkan pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan ilmiah memerlukan alasan dan atau penjelasan secara sistematis yang dibuat untuk memberikan keyakinan.[1]
















BAB II
PEMBAHASAN

a.      Pengertian Kerangka Berfikir Ilmiyah
Kerangka adalah sesuatu yang menyusun yang lain sehingga yang lain dapat berdiri. Berpikir adalah proses untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan, ilmiah adalah sesuatu hal atau pernyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir ilmiah membahas secara mendalam mengenai proses untuk memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebenarannya. Mengapa sesuai kebenarannya? Sebab, manusia memiliki kemampuan berfikir yang akhirnya menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang.
kerangka berpikir ilmiah membahas secara mendalam mengenai proses untuk memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebenarannya. Mengapa sesuai kebenarannya? Sebab, manusia memiliki kemampuan berfikir yang akhirnya menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang.
Epistemologi membahas secara mendalam proses-proses yang terlihat dalam usaha manusia untuk memperoleh pengetahuan. Adanya pola-pola dasar atau desain atau kerangka yang dilakukan oleh aktivitas jiwa dalam menemukan suatu pengetahuan memerlukan suatu objek pengetahuan dan instrumen untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Bertambahnya pengetahuan seiring dengan proses perkembangan pola pikir manusia diawali dengan rasa ingin tahu tentang benda-benda di sekelilingnya, alam sekitar, bulan, bintang dan matahari yang dipandangnya, bahkan rasa ingin tahu tentang dirinya sendiri. Adanya kemampuan berfikir manusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang.
Dengan kemampuan berfikir manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoloeh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang ingin dicari atau didapatkan tentunya bersumber pada kebenaran. Tahu yang memuaskan manusia adalah tahu yang benar. Tahu yang tidak benar disebut keliru. Jika suatu pengetahuan yang terdahulu mengalami kekeliuran maka sudah pasti terdapat suatu kebenaran sesudahnya.
Kekeliruan tentunya akan memberikan dampak yang negatif bagi manusia sehingga mereka meninggalkan suatu kekeliruan. Asumsi awal manusia mendapatkan pengetahuan secara empirik melalui pengamatan dan pengalaman. Data-data inderawi, benda-benda memori manusia merupakan beberapa instrumen dalam mendapatkan pengetahuan. Di samping itu perasaan intuitif atau insting juga menambah kepercayaan terhadap penemuan yang didapatkan sehingga kepercayaan terhadap suatu objek pengetahuan menimbulkan keyakinan terhadap ilmu pengetahuan tertentu. Ilmu Pengetahuan itu dapat ditinjau kembali kebenarannya, jika terdapat kekeliruan maka akan timbul ketidakpuasan sebagai akibat keterbatasan manusia khususnya dalam penggunaan instrumen atau pengolahan data-data indrawi dalam menerima pengetahuan tanpa dia ketahui kemudian melahirkan mitos. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari rasa ingin tahu terhadap suatu realitas yang kurang terpuasakan terutama mengenai hal-hal yang gaib. Namun seiring dengan perkembangan pola pikir manusia yang haus akan rasa ingin tahu melalui kajian-kajian ilmu pengetahuan maka pada akhirnya melahirkan pengetahuan yang ilmiah. Pengetahuan ilmiah memerlukan alasan dan atau penjelasan secara sistematis yang dibuat untuk memberikan keyakinan.
Kajian tentang teori pengetahuan disebut juga dengan epistemologi (Yunani: epism=knowledge, pengetahuan + logos=teori). Istilah ini digunakan pertama kali pada tahun 1854 oleh J.F. Ferrier yag membuat perbedaan antara dua cabang filsafat yaitu ontologi (Yunani:on=being, wujud, apa+logos=teori) dan epistemologi. Ontologi(metafisika) merupakan teori tentang apa, sedangkan epistemologi sebegai teori pengetahuan. epistimologi membandingkan kajian sistematik terhadap sifat , sumber , dan validitas pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan tapi tidak semua pengetahuan adalah ilmu. Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau dengan pikiran lain berdasarkan pengalaman yang berulang-ulang tanpa pemahaman mengenai kausalitas (sebab-akibat) yang hakiki dan universal. Sedangkan Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang menjalankan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dari suatu objek menurut metode-metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis.
Pengertian di atas menjelaskan bahwa pengetahuan bukan hanya ilmu tapi pengetahuan merupakan bahan utama bagi ilmu. Selain itu pengetahuan tidak menjawab pertanyaan dari adanya kenyataan itu sebagaimana dapat dijawab oleh ilmu. Dengan kata lain pengetahuan baru menjawab apa, sedangkan ilmu dapat menjawab pertanyaan tentang mengapa dari kenyataan kejadian.
Pada landasan epistemologi yang dimasalahkan adalah pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan proses dan prosedur yang memungkinkan diperolehnya pengetahuan yang berupa ilmu, cara teknik atau sarana yang membantu memperoleh ilmu tersebut, hal-hal yang harus diperhatikan agar diperoleh ilmu dan pengetahuan yang benar, kebenaran dan kriteria tentang kebenaran.
Bentuk dan sumber pengetahuan Russel membuat kategori-kategori berikut :
1.      Pengetahuan melalui pengalaman dalam pengertian yang didapatkan dari:
a.       data-data indrawi
b.      benda-benda memori
c.       keadaan internal
d.      diri sendiri
2.      Pengetahuan melalui deskripsi yaitu pengetahuan yang di dapatkan melalui:
a.       orang lain.
b.      benda-benda fisik(merupakan suatu konstruksi, bukan data indrawi ).
Pengetahuan langsung diperoleh dari pengamatan ekstern dan intern. Pengamatan ekstern secara langsung kita dapat mengetahui adanya sesuatu benda dalam dunia luar melalui alat indera. Pengamatan ekstern merupakan sumber pengetahuan secara langsung berupa alat untuk menangkap objek di luar manusia melalui kekuatan indera, sedangkan pengamatan intern atau intuisi adalah proses kejiwaan tanpa suatu rangsang untuk mampu membuat pernyataan berupa pengetahuan. Pengetahuan tak langsung dapat diperoleh dengan beberapa cara yakni dengan penarikan konklusi / penalaran, kesaksian, dan wahyu. Kongklusi penalaran adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan pengertian atau lebih dengan maksud memperoleh pengetahuan baru.
5 Teori-teori pengetahuan bila didasarkan menurut sifat teoritis dan historis dapat dikelompokkan menjadi dua aliran yang besar, yaitu rasionalisme dan empirisme.
Rasionalisme meyakini bahwa sejumlah ide atau konsep adalah terlepas dari pengalaman dan bahwa kebenaran itu dapat diketahui hanya dengan nalar. Sedangkan empirisme berpendapat bahwa semua ide dan kosep berasal dari pengalaman dan bahwa kebenaran hanya dapat dibangun berdasarkan pengalaman. Dari dua pemahaman tersebut melahirkan asumsi bahwa terdapat dua pengetahuan yaitu;
a.       pengetahuan mutlak atau utama (priori) yang tidak didapatkan berdasarkan pengalaman.
b.      Pengetahuan empiris atau posteriori adalah pengetahuan yang berasal atau bergantung pada pengalaman.
Sifat-sifat pengetahuan mengetahuai sebuah statemen (itu benar) manakala :
1.      fakta dalam beberpa hal atau kriteria dari statement tersbut benar secara aktual.
2.      Keyakinan yang menyatakan bahwa itu benar.
3.      Bukti mendukung statement, Jika bukti lengkap, maka pengetahuan pasti, jika bukti parsial maka pengetahuan itu bersifat mungkin
5 Logika dan Hukum berfikir Pengetahuan mutllak terdiri dari tiga hukum berfikir yang diperkenalkan oleh Aristoteles. hukum identitas, semua entitas apa pun bentuknya adalah apa itu dan bukan yang lain. hukum non-kontradiksi, tidak satu pun entitas dapat menjadi apa ia itu sekaligus bukan ia itu dalam spesifikasi yang sama. hukum exluded middle (semua entitas ). Logika berasal dari logos artinya pikiran atau dengan kata lain yang mempelajari pikiran dalam bentuk bahasa. Secara etimologis logika adalah ilmu yang mempelajari pikiran dalam bentuk bahasa.
Berfikir adalah proses atau kegiatan jiwa untuk mencapai pengetahuan. Berfikir merupakan serangkaian kegiatan dari budi rohani seseorang yang menciptakan pengertian, melakukan penalaran, dan mengolah ingatan berdasarkan pengalaman terdahulu sebagai tanggapan terhadap keadaan sekeliling. Berfikir adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan banyak waktu. Berfikir dapat membuahkan beberapa hasil-hasil pemikiran baik atau rumusan solusi dari suatu permasalahan. Metode Landasan epistemologi ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah. Ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui proses yang dinamakan metode ilmiah. Aristoteles mengembangkan metode ke dalam :
1.   Induksi yaitu penalaran dari yang khusus kepada yang umum, perhitungan sederhananya: fakta1 + fakta2 + ... --> kesimpulan
2.   Deduksi yaitu penalaran dari yang umum kepada yang khusus
3.   Observasi yaitu penggunaan bukti empiris,
4.   Klasifikasi yaitu penggunaan definisi.
Setiap manusia diberikan akal untuk berpikir. Akal adalah komponen yang paling penting dalam menilai sesuatu. Sekalipun dalam proses berpikir akal pun masih bisa salah, yang berarti akal tidak mutlak. Berpikir adalah gerak akal yang berarti bahwa berpikir adalah sebuah proses. Di dalam sebuah proses, sering terjadi kesalahan ketika proses tersebut tidak berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Demikian pun dengan berpikir harus menaati aturan-aturan pemikiran yang sesuatu ketentuan agar tidak terjadi kecelakaan berpikir. Untuk menghindari kecelakaan berpikir tersebut, maka sudah seyogyanya lah manusia memiliki kerangka berpikir ilmiah.Kerangka berpikir ilmiah selalu dikaitkan dengan logika dan filsafat karena tiga komponen ini masih saling berhubungan. Kerangka berpikir ilmiah (epistemologi) merupakan salah satu cabang dari filsafat ilmu, setelah ontologi dan aksiologi, yang secara khusus mengkaji dan mempelajari tentang hakikat ilmu itu sendiri (teori dan tekniknya) dengan pengetahuan ilmiah.
b. Kerangka Berfikir Ilmu Sosial
Konsep berpikir iptek dilandasi oleh ketiga komponen, yaitu komponen pengetahuan, komponen normatif dan komponen faktual.  Berikut ini secara lengkap dapat dilihat pola pikir peranan ilmu sosial terhadap teknologi pertahanan yang merupakan penjabaran dari konsep berpikir iptek yang dilandasi oleh ketiga komponen tersebut.
Kerangka berpikir  dapat diimplementasikan kedalam salah satu disiplin ilmu atau lebih dari satu disiplin ilmu. Penerapan beberapa disiplin ilmu sosial, antara lain dapat dicontohkan disini sebagai berikut : Peranan Ilmu Anthropologi. Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia secara fisik, dan ilmu untuk mengukur organ tubuh manusia disebut anthropometri. Dalam anthropometri dibutuhkan hasil pengukuran sebagai contoh jarak panca indra ke panca indra yang biomekanik atau ergonomic, sehingga ilmu ini sangat bermanfaat untuk kenyamanan manusia dalam menggunakan peralatan pertahanan, memberikan masukan kepada industri senjata dalam negeri untuk membuat senjata yang sesuai dengan postur tubuh prajurit TNI dan dapat dijadikan standar baku.
Peranan Ilmu Geologi, untuk memahami gejala-gejala alam antara lain anatomi bumi dan perubahan-perubahan yang mengakibatkan gempa dan letusan gunung, tanah longsor dan lain-lain. Dengan memahami sistem geologi dapat diciptakan alat yang bisa memprediksi datangnya bencana alam.
Peran Ilmu Ekonomi, ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan pemenuhan kebutuhan hidup serta bagaimana manusia memenuhi kehidupan yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan berbagai alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas. Dalam aspek pertahanan ekonomi sangat dinamis dalam mendukung ketahanan dan pertahanan negara, sebagai contoh, besar kecilnya anggaran pertahanan sangat tergantung pada kondisi ekonomi negara yang selalu menggunakan parameter pertumbuhan ekonomi. Berarti dalam memenuhi kebutuhan akan alut sista untuk pertahanan dalam kondisi geografis tertentu sangat tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi.
Peranan Ilmu Hukum, ilmu yang mempelajari peraturan perundang-undangan yang mengatur norma-norma hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara agar tercapai keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagai warga negara. Suatu kebijakan yang merupakan hasil negosiasi atau transaksi politik akan tertuang dalam suatu produk hukum yang mengatur tata cara dan pelaksanaan pengembangan industri strategis nasional.
Masih banyak ilmu-ilmu sosial yang dapat memberikan kontribusi di bidang pertahanan seperti ilmu politik, ilmu psikologi, ilmu pendidikan dan lain-lain. Kadang-kadang masalah social dibedakan dalam dua macam persoalan, yaitu: Masalah masyarakat, dan problem social.[2] Pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sangat adaptif terhadap sumber –sumber perubahan. Sifat adaptif lebih terasa ketika teknologi informasi memasuki kehidupan manusia, dimana perubahan disuatu kelompok dunia dilihat oleh kelompok dunia lain, menghasilkan imbangan reformasi kehidupan masyarakat. Salah satu hambatan pertumbuhan ilmu-ilmu sosial adalah tingkat kecerdasan ilmuwan dan pemerhatinya dalam memahami sumber sumber perubahan dan cara baru dalam analisisnya.







BAB III
KESIMPULAN
a.      Penutup
Dari pembahasan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa: Kerangka adalah sesuatu yang menyusun yang lain sehingga yang lain dapat berdiri. Berpikir adalah proses untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan, ilmiah adalah sesuatu hal atau pernyataan yang bersifat keilmuan yang sesuai dengan kenyataan yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir ilmiah membahas secara mendalam mengenai proses untuk memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan kebenarannya. Mengapa sesuai kebenarannya? Sebab, manusia memiliki kemampuan berfikir yang akhirnya menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang.
Kerangka berpikir  dapat diimplementasikan kedalam salah satu disiplin ilmu atau lebih dari satu disiplin ilmu. Penerapan beberapa disiplin ilmu sosial, antara lain dapat dicontohkan disini sebagai berikut : Peranan Ilmu Anthropologi. Anthropologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia secara fisik, dan ilmu untuk mengukur organ tubuh manusia disebut anthropometri.












DAFTAR PUSTAKA

Harwantiyoko, Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gunadarma, 1996)
















[2] Harwantiyoko, Pengantar Sosiologi dan Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Gunadarma, 1996), Cet I, h. 94

Tidak ada komentar:

Posting Komentar